Popular posts

Hana Lu'lukil Maknun On Sabtu, 23 Februari 2013


Kerajaan Bani  Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada  tahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/ 750 M. Muawiyah bin Abu   Sufyan   adalah   seorang   politisi   handal   di  mana     pengalaman   politiknya   sebagai Gubernur  Syam pada  zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari   genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib.
Tepatnya Setelah Husein putra Ali Bin Thalib dapat dikalahkan oleh Umayyah  dalam pertempuran di Karbala. Kekuasaan dan kejayaan. Dinasti Bani Umayyah mencapai puncaknya di zaman Al-Walid. Dan sesudah itu kekuasaan mereka menurun. Silsilah keturunan Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin  Abdi Syamsi bin Abdi  Manaf  bertemu dengan Nabi  Muhammad SAW pada Abdi  Manaf.  Turunan Nabi dipanggil dengan keluarga Hasyim (Bani Hasyim), sedangkan keturunan Umayyah disebut dengan keluarga Umayyah (Bani Umayyah). Oleh karena itu Muawiyah dinyatakan sebagai pembangun Dinasti Umayyah (Sou’yb,1997:7). 
Umayyah adalah pedagang yang besar dan kaya, yang mempunyai 10 anak laki-laki yang semuanya mempunyai  kekuasaan dan kemuliaan,  di  antaranya Harb,  Sufyan dan Abu Sufyan. Dan Abu Sofyanlah yang pernah menjadi pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi  pada perang Badar  Kubra.  Dilihat  dari  sejarahnya,  Bani  Umayyah memang begitu kental dengan kekuasaan. Ketika  terjadi  Fathul  Makkah  Abu Sufyan diberi  kehormatan untuk mengumumkan pengamanan   Nabi   SAW,   yang   salah   satunya   adalah   barang   siapa  masuk   ke dalam rumahnya maka amanlah dia, selain masuk masjid dan rumahnya Nabi (Hasan,1993:282).
Hal ini berlanjut pada masa khulafah al-rasyidin, Yazid bin Abi Sufyan ditunjuk oleh Abu Bakar memimpin  tentara  Islam untuk membuka daerah Syam.  Dan masa Khalifah Umar  diserahi   jabatan Gubernur  di  Damaskus.  Hal  yang sama dilakukan Umar  adalah menyerahkan daerah Yordania kepada Muawiyah. Bahkan setelah Yazid wafat, daerah yang diserahkan kepadanya diberikan kepada Muawiyah.  Setelah Umar wafat  dan digantikan Ustman,  maka kerabatnya dari  Bani  Umayyah  (Ustman  termasuk dari  Bani  Umayyah) banyak yang menguasai pos-pos penting dalam pemerintahan. Pada  masa   Ustman   inilah   kekuatan   Bani  Umayyah,   khususnya   pada  Muawiyah semakin mengakar  dan menguat. 
Ketika  dia  diangkat  menjadi  penguasa  pada  wilayah tertentu dalam  jangka yang panjang dan  terus-menerus.  Sebelumnya dia  telah menjadi Wali  Damaskus selama 4  tahun,  yaitu pada masa Umar, lalu Ustman menggabungkan baginya daerah Ailah sampai  perbatasan Romawi  dan sampai  pantai   laut   tengah secara keseluruhan.  Bahkan dia membiarkannya memerintah daerah tersebut selama 12 tahun penuh, yaitu sepanjang masa kekhilafahannya (al-Maududi,1993:146-147). Kekuasaan Muawiyah pada wilayah Syam  tersebut   telah membuatnya mempunyai basis rasional untuk karier politiknya. Karena penduduk Syam yang diperintah Muawiyah mempunyai  ketentaraan yang kokoh,  terlatih dan terpilih di  garis depan dalam melawan Romawi.  Mereka bersama-sama dengan bangsawan Arab dan keturunan Umayyah yang berada   sepenuhnya   di   belakang  Muawiyah   dan  memasoknya   dengan   sumber-sumber kekuatan   yang   tidak   habis-habisnya,   baik   moral,   manusia   maupun   kekayaan (Mufrodi,1997:70).  Pada   realitasnya  banyak  sejarawan  yang  memandang  negatif   terhadap Muawiyah, karena keberhasilannya dalam perang siffin dicapai melalui cara abitrase yang curang. Dia juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi  yang diajarkan Islam.  Karena dialah yang mengubah model suksesi kepala negara dari proses demokrasi menuju sistem monarkhi.
Masa pemerintahan Bani Umayyah  terkenal sebagai suatu era agresif, karena banyak kebijakan politiknya yang   berrtumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan. Hanya   dalam  jangka   90   tahun,   banyak   bangsa   yang  masuk   kedalam  kekuasaannya. Daerah-daerah   itu meliputi  Spanyol,  Afrika  utara,   Syria,   Palestina   Jazirah  Arab,   Iraq, Persia, Afganistan, Pakistan, Uzbekistan, dan wilayah Afrika Utara sampai Spanyol. Namun   demikian,   Bani   Umayyah   banyak   berjasa   dalam  pembangunan   berbagai bidang, baik politik, sosial, kebudayaan, seni, maupun ekonomi dan militer, serta teknologi komunikasi. Dalam bidang yang terakhir ini,  Muawiyah mencetak uang, mendirikan  dinas pos   dan   tempat-tempat   tertentu   dengan   menyediakan   kuda   yang   lengkap   dengan peralatannya di sepanjang jalan, beserta angkatan bersenjatanya yang kuat.
Latar belakang berdirinya Daulah Umayyah :
Perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dangan Muawiyah bin Abi Sofyan akhirnya pecah dalam perang shiffin, dan diakhiri dengan peristiwa Tahkim yang menyebabkan munculnya golongan khowarij (kelompok Ali bin Abi Tholib yang tidak menerima hasil Tahkim).Peristiwa terbunuhnya Ali bin Abi tholib oleh Ibnul Muljam dari kelompok khowarij.
Sepeninggal Ali Bin Abi Tholib pemerintahan dilanjutkan putranya Hasan Bin Ali yang berlangsung hanya 3 bulan, posisinya yang semakin lemah membuat beliau berkeinginan mempersatukan umat agar tidak terjadi pertumpahan darah sesama umat Islam dengan menyerahkan pemerintahan kepada Mu’awiyah bin Abi Sofyan, peristiwa ini disebut AMUL JAMAAH
·         PROSES BERDIRINYA KEKHALIFAHAN UMAYYAH
Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut, dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang diangkat oleh Allah
·         KEDUDUKAN KHALIFAH
Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan  dari musyawarah menjadi monarkhi, namun Dinasti  ini  tetap memakai gelar Khalifah. Namun ia  memberikan interpretasi baru untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya ‘Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat Allah dalam memimpin  umat dengan mengaitkannya  kepada  al  Qur’an (2:30). 
Atas dasar ini Dinasti menyatakan bahwa keputusan-keputusan Khalifah   berdasarkan atas kehendak Allah, siapa yang menentangnya adalah kafir (Pulungan, 1997:167-168). Dengan kata lain pemerintahan Dinasti Bani  Umayyah   bercorak   teokratis,  yaitu penguasa   yang   harus   ditaati   semata-mata   karena   iman.   Seseorang   selama  menjadi  mukmin   tidak boleh  melawan   khalifahnya,   sekalipun   ia   beranggapan  bahwa  Khalifah adalah  seseorang   yang  memusuhi  agama  Allah dan  tindakan-tindakan Khalifah  tidak sesuai dengan hukum-hukum syariat. Dengan demikian, meskipun pemimpin Dinasti ini menyatakan sebagai Khalifah akan tetapi dalam prakteknya memimpin umat Islam sama sekali  berbeda dengan Khalifah yang empat sebelumnya, setelah Rasulullah.
·         PARA PENGUASA BANI UMAYYAH
  • v  Muawiyyah bin abi Sofyan     ( 661-680)
  • v  Yazid Bin Mu’awiyyah ( 680-683)
  • v   Muawyah Bin Yazid (683-684)
  • v  Marwan bin Hakam (684-685)
  • v  Abdul Malik Bin Marwan(685-705)
  • v  Al Walid Bin Abdul Malik(705-715)
  • v  Sulaiman Bin Abdul Malik(715-717)
  • v  Umar Bin Abdul Aziz (717-720)
  • v  Yazid Bin Abdul Malik (720-724)
  • v  Hisyam Bin Abdul Malik(724-743)
  • v  Walid Bin Yazid (743-744)
  • v  Yazid Bin Walid (744)
  • v  Ibrahim Bin Walid (744-745)
  • v  Marwan Bin Muhammad(745-750)
·         KHOLIFAH-KHOLIFAH TERKENAL  BANI UMAYYAH
  • §  Mu’awiyah Bin Abi Sofyan          
  • §  Abdul Malik Bin Marwan
  • §  Al Walid Bin Abdul Malik
  • §  Umar Bin Abdul Aziz

{ 1 komentar... read them below or add one }